Senin, 28 November 2011

malangBusLover

Berawal dari ketertarikan yang sama terhadap bus berikut tetek bengeknya, sekumpulan pemuda di Malang Raya mendirikan komunitas Malang BusLover. Dari komunitas ini, mereka banyak menghasilkan ide kreatif. Tak jarang dari ide mereka juga lahir bus-bus mewah untuk tamu negara.

Sejumlah laki-laki beragam usia nampak berkumpul di sebuah warung di bagian barat Terminal Arjosari, Rabu (24/11/2010) sore. Mereka tengah asyik memperhatikan lalu lalang bus yang keluar dari terminal terbesar di Kota Malang itu.

“Wah, sing iku anyar, onok jurusan nang Gianyar (wah, itu baru, ada yang jurusan ke Gianyar, bali),” ucap salah satu pemuda sembari menunjuk bus yang melintas di depannya. “Iyo, sakdurunge mek nang Denpasar thok! (iya, sebelumnya hanya ke Denpasar saja),” timpal pemuda yang duduk di sebelahnya.

Begitulah, hampir tiap sore, terlebih lagi Hari Jumat, mudah ditemui komunitas yang selalu memperhatikan bus di Terminal Arjosari. Mereka menamakan dirinya Malang BusLover. Jika diartikan secara sederhana, mereka adalah pecinta bus yang ada di Malang.

“Kami terbentuk 15 Maret 2008. Saat itu ada launching bus Scani Front Engine oleh PO. Nusantara”, kata humas Malang BusLover, Andi Tiansyah Aji Pradinastoto, kepada Radar di Warung Pariwisata Pak Har. “Paling sering kami nongkrongnya ya di warung ini,” lanjutnya.

Pria kelahiran Pekalongan, 26 Juli 1985 itu mengatakan embrio Malang BusLover sebelumnya bernama BisMania Malang Raya. Di awal berdirinya, BisMania Malang Raya hanya beranggotakan Ardi Kresna, Hendra Aris Susanto, Andi Tiansyah Aji Pradinastoto, dan Eka Putra Andhiyasa. “Saat itu kami sudah melakukan aktivitas hunting foto sampai touring,” ucap Andi.

Mereka juga punya web. “Web tersebut seolah menjadi database kami. Ada ribuan foto yang kami unggah di web-blog itu. Seingat kami, ada 40 album foto. Satu albumnya bisa berisi seratus foto lebih,” timpal Insan Lestario Basuki, administrator web-blog.

Sejak saat itu, komunitas Malang BusLover semakin eksis. Mereka sering melakukan touring ke luar kota, bahkan ke luar pulau. Pulau Sumatera sampai Lombok sudah pernah mereka kunjungi. Bukan hanya itu, Malang BusLover juga semakin sering melakukan kunjungan ke garasi bus dan karoseri.

Saking seringnya bepergian menggunakan bus, Andi sampai hafal tarif bus Malang-Pekalongan dan tarif trayek lainnya. Itu karena Andi merupakan warga asli Pekalongan yang melanjutkan studi dan bekerja di Malang. “Awal kuliah tarifnya cuma Rp 15 ribu, sekarang sudah sampai Rp 135 ribu,” ucap alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Komunitas Malang BusLover banyak yang menganggap naik bus seolah tengah menonton layar lebar. “Paling pas itu kalau bisa duduk di bangku keramat. Yaitu bangku terdepan di sebelah atau di belakang sopir,” ujarnya.

Bukan hanya itu, karena saking seringnya naik bus, komunitas Malang BusLover kerap diundang sebagai trest-driver sejumlah otobus sebelum me-launching bus terbarunya. Itu karena mereka dianggap sebagai representasi penumpang umum. Apalagi anggota mereka berasal dari beragam kalangan.

Dalam test-drive tersebut, komunitas Malang BusLover wajib memberi feedback pada pihak otobus. Biasanya, tanggapan balik berupa sisi kenyamanan, penentuan harga, sampai rekomendasi fasilitas yang harus dipenuhi. “Jangan kaget jika suatu saat menemui bus yang ada fasilitas sound system bagus, terkoneksi wifi, sampai ada GPS-nya. Di Jawa Tengah, sudah ada bus seperti itu,” ungkap Andi.

Insan tak mau kalah. Ia kemudian menunjukkan foto-foto di laptopnya. Dia menunjukkan foto bus pribadi yang sudah ada di Indonesia. Di dalam foto tersebut, terlihat fasilitas bus seperti sofa, microwafe, coffee maker, pantry, sampai toilet mewah. “Ini konsepnya feels like home (seperti di rumah)”. Biasanya digunakan instansi-instansi yang butuh rapat, namun harus tetap moving (bergerak). Ada juga yang untuk bulan madu. Sehari sewanya minimal Rp 5 juta,” ucap mahasiswa S2 Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) itu.

Beragam cara ditunjukkan anggota Komunitas Malang BusLover dalam mengekspresikan bentuk cintanya kepada bus. Jika Insan memilih mengkoleksi ribuan foto bus dalam laptopnya dan kemudian diunggah di blog komunitas, lain pula ceritanya dengan Hendra Aris. Salah satu desainer di Malang tersebut membuat game bus Indonesia untuk komputer pribadi. Indonesian Bus PC Game tersebut ia beri nama 18 WoS (Wheels of Steel) Haulin’ Indonesian Bus Mods.

Jika gamers biasa memainkan game yang berbau kebarat-baratan, maka akan ditemukan keunikan pada game ini. Semua bus dalam game ini bermerek bus lokal Indonesia. Misalnya, AKAS, Pahala Kencana, Restu, dan sebagainya. Detail body bus juga dibuat sangat detail, seperti lampu bus A identik dengan lampu depam sporty dan sebagainya. Termasuk sampai detail stiker karoseri yang biasa ditempel di kaca belakang atas bus.

Beragam kreativitas lain juga ditunjukkan. Antara lain bus papercraft yang ditekuni oleh Joko Pratomo sampai pembuatan kartun bus oleh Adrian Galih.