Rabu, 30 November 2011

jadwal para jet darat Surabaya-yogyakarta

nih saya kasih jadwal pemberangkatan para jet daratnya Indonesia,dan mungkin bagi yang ingin naik roler coaster tapi gak kesampain,bus-bus ini bisa dicoba soalnya larinya kenceng-kenceng seperti roler coaster(promosi),,hahahayyy.....
.
1. JADWAL P.O MIRA.

2.JADWAL P.O Sumber Kencono

3. JADWAL eka cepat

Senin, 28 November 2011

malangBusLover

Berawal dari ketertarikan yang sama terhadap bus berikut tetek bengeknya, sekumpulan pemuda di Malang Raya mendirikan komunitas Malang BusLover. Dari komunitas ini, mereka banyak menghasilkan ide kreatif. Tak jarang dari ide mereka juga lahir bus-bus mewah untuk tamu negara.

Sejumlah laki-laki beragam usia nampak berkumpul di sebuah warung di bagian barat Terminal Arjosari, Rabu (24/11/2010) sore. Mereka tengah asyik memperhatikan lalu lalang bus yang keluar dari terminal terbesar di Kota Malang itu.

“Wah, sing iku anyar, onok jurusan nang Gianyar (wah, itu baru, ada yang jurusan ke Gianyar, bali),” ucap salah satu pemuda sembari menunjuk bus yang melintas di depannya. “Iyo, sakdurunge mek nang Denpasar thok! (iya, sebelumnya hanya ke Denpasar saja),” timpal pemuda yang duduk di sebelahnya.

Begitulah, hampir tiap sore, terlebih lagi Hari Jumat, mudah ditemui komunitas yang selalu memperhatikan bus di Terminal Arjosari. Mereka menamakan dirinya Malang BusLover. Jika diartikan secara sederhana, mereka adalah pecinta bus yang ada di Malang.

“Kami terbentuk 15 Maret 2008. Saat itu ada launching bus Scani Front Engine oleh PO. Nusantara”, kata humas Malang BusLover, Andi Tiansyah Aji Pradinastoto, kepada Radar di Warung Pariwisata Pak Har. “Paling sering kami nongkrongnya ya di warung ini,” lanjutnya.

Pria kelahiran Pekalongan, 26 Juli 1985 itu mengatakan embrio Malang BusLover sebelumnya bernama BisMania Malang Raya. Di awal berdirinya, BisMania Malang Raya hanya beranggotakan Ardi Kresna, Hendra Aris Susanto, Andi Tiansyah Aji Pradinastoto, dan Eka Putra Andhiyasa. “Saat itu kami sudah melakukan aktivitas hunting foto sampai touring,” ucap Andi.

Mereka juga punya web. “Web tersebut seolah menjadi database kami. Ada ribuan foto yang kami unggah di web-blog itu. Seingat kami, ada 40 album foto. Satu albumnya bisa berisi seratus foto lebih,” timpal Insan Lestario Basuki, administrator web-blog.

Sejak saat itu, komunitas Malang BusLover semakin eksis. Mereka sering melakukan touring ke luar kota, bahkan ke luar pulau. Pulau Sumatera sampai Lombok sudah pernah mereka kunjungi. Bukan hanya itu, Malang BusLover juga semakin sering melakukan kunjungan ke garasi bus dan karoseri.

Saking seringnya bepergian menggunakan bus, Andi sampai hafal tarif bus Malang-Pekalongan dan tarif trayek lainnya. Itu karena Andi merupakan warga asli Pekalongan yang melanjutkan studi dan bekerja di Malang. “Awal kuliah tarifnya cuma Rp 15 ribu, sekarang sudah sampai Rp 135 ribu,” ucap alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Komunitas Malang BusLover banyak yang menganggap naik bus seolah tengah menonton layar lebar. “Paling pas itu kalau bisa duduk di bangku keramat. Yaitu bangku terdepan di sebelah atau di belakang sopir,” ujarnya.

Bukan hanya itu, karena saking seringnya naik bus, komunitas Malang BusLover kerap diundang sebagai trest-driver sejumlah otobus sebelum me-launching bus terbarunya. Itu karena mereka dianggap sebagai representasi penumpang umum. Apalagi anggota mereka berasal dari beragam kalangan.

Dalam test-drive tersebut, komunitas Malang BusLover wajib memberi feedback pada pihak otobus. Biasanya, tanggapan balik berupa sisi kenyamanan, penentuan harga, sampai rekomendasi fasilitas yang harus dipenuhi. “Jangan kaget jika suatu saat menemui bus yang ada fasilitas sound system bagus, terkoneksi wifi, sampai ada GPS-nya. Di Jawa Tengah, sudah ada bus seperti itu,” ungkap Andi.

Insan tak mau kalah. Ia kemudian menunjukkan foto-foto di laptopnya. Dia menunjukkan foto bus pribadi yang sudah ada di Indonesia. Di dalam foto tersebut, terlihat fasilitas bus seperti sofa, microwafe, coffee maker, pantry, sampai toilet mewah. “Ini konsepnya feels like home (seperti di rumah)”. Biasanya digunakan instansi-instansi yang butuh rapat, namun harus tetap moving (bergerak). Ada juga yang untuk bulan madu. Sehari sewanya minimal Rp 5 juta,” ucap mahasiswa S2 Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) itu.

Beragam cara ditunjukkan anggota Komunitas Malang BusLover dalam mengekspresikan bentuk cintanya kepada bus. Jika Insan memilih mengkoleksi ribuan foto bus dalam laptopnya dan kemudian diunggah di blog komunitas, lain pula ceritanya dengan Hendra Aris. Salah satu desainer di Malang tersebut membuat game bus Indonesia untuk komputer pribadi. Indonesian Bus PC Game tersebut ia beri nama 18 WoS (Wheels of Steel) Haulin’ Indonesian Bus Mods.

Jika gamers biasa memainkan game yang berbau kebarat-baratan, maka akan ditemukan keunikan pada game ini. Semua bus dalam game ini bermerek bus lokal Indonesia. Misalnya, AKAS, Pahala Kencana, Restu, dan sebagainya. Detail body bus juga dibuat sangat detail, seperti lampu bus A identik dengan lampu depam sporty dan sebagainya. Termasuk sampai detail stiker karoseri yang biasa ditempel di kaca belakang atas bus.

Beragam kreativitas lain juga ditunjukkan. Antara lain bus papercraft yang ditekuni oleh Joko Pratomo sampai pembuatan kartun bus oleh Adrian Galih.

Kalisari,Harapan Jaya,Jaya Utama dan EKA

Apakah yang mempersamakan diantara ke empat PO tersebut?

Banyak sekali kesamaannya. Ke-empat-empatnya adalah PO yang beroperasi di Jawa Timur. Yang lebih spesifik adalah : keempatnya adalah perintis bis Patas / Cepat AC di jalurnya masing-masing.

Kalisari adalah perintis Patas Surabaya – Malang. Harapan Jaya perintis Patas Surabaya – Tulungagung. Sementara Eka adalah perintis Patas / Cepat Surabaya – Yogya dan Jaya Utama adalah perintis Patas di jalur Utara (Surabaya – Semarang). Keempat PO tersebut sekarang bisa disebut sebagai pemenang di jalur rintisannya. Kalisari jelas leading dibanding pesaingnya sewaktu pertama kali membuka jalur Patas Surabaya – Malang yaitu Hafana. Padahal ketika sama-sama merintis di tahun 80 an akhir keduanya cukup seimbang dalam jumlah armada. Kalisari mengandalkan MB OH Prima sedangkan Hafana mengandalkan Hino AK dan Mits BM untuk armada perintisnya waktu.

Harapan Jaya leading dibanding pesaing awalnya waktu itu yaitu PO Rukun Jaya itu. Awal muasal Patas Surabaya – Tulungagung hanya ada dua PO Patas yg melayani yaitu Jarapan Jaya dan Rukun Jaya. Harapan Jaya dengan Hino RK Kompor, sedangkan Rukun Jaya dengan Misubihi BM D15 nya.

Untuk Surabaya – Yogya Eka bersaing dengan Mila Sejahtera / Karmina Rizky dan Akas II, serta musuh bebuyutannya yaitu Sumber Kencono. Bedanya jalur Mila, Karmina dan Akas tidak hanya sampai Surabaya tapi sampai Jember / Banyuwangi. Sedangkan SK sama persis jalurnya dengan Patas Eka. Bahkan armada Patas pertama merekapun sama, yaitu Hino AK.

Jaya Utama /Indonesia /Trigaya Putra sekarang leading di jalur Patas Surabaya- Semarang. Perintis asli jalur tersebut yaitu Mandala Sari sudah lenyap dari peredaran dan Trigaya Putra (yang asli) sudah dibeli oleh Jaya Utama. Kisah dibelinya Trigaya Putra ini sama seperti Rukun Jaya yang akhirnya dibeli oleh Harapan Jaya. Ini adalah kisah sukses luar biasa dari Jayut. Karena pada saat awal main di Patas Surabaya – Semarangang, hanya mengandalkan armada MB-MB tua bekas bis malamnya, sedangkan Mandala Sari sudah dengan MB 1518 nya dan Trigaya Putra (asli) waktu itu sudah pakai Nissan RB dan CB yg baru-baru.

Cerita rintisan tentang bis Patas /Cepat di Jawa Timur adalah cerita panjang sejak akhir tahun 80 an dan awal 90 an hingga sekarang. Keempat PO ini adalah PO-PO. yang hebat yang mampu bertahan dan berkembang hingga sekarang di jalur Patas rintisan mereka, di saat pesaing-pesaingnya mulai mundur teratur atau gulung tikar.

Jalur Patas Surabaya – Madiun dibuka bersamaan dengan Jalur Patas Surabaya – Tulungagung serta Jalur Patas Surabaya – Probolinggo /Jember/ Bondowoso dan Banyuwangi.

Perintis angkatan pertama Patas Surabaya- Madiun adalah : Kalisari, Widji dan Mandala. Kalisari memakai armada MB OH 1113, Widji memakai Mitsubishi BM “fighter” D15 dan Mandala memakai Hino AK. Tak lama setelah itu Mandala berganti armada dengan Hino RK “kompor” Non-Turbo, pada saat itulah Cendana dan Akas masuk meramaikan jalur Patas ini. Cendana membeli 2 unit RK kompor (satu long chassis dan satu short chassis seperti punya Mandala).

Sayangnya setelah itu Patas Madiun mulai tidak tertib sistemnya. Mandala dan Cendana menerapkan sistem setoran sehingga banyak penumpang yang merasa ditipu oleh PO- PO ini. Penumpang diberitahu bis ini tarip biasa tetapai begitu naik ditarik tiket Patas.

Pada saat seperti ini, Indrapura dan Jaya mencoba masuk ke jalur Patas . Sementara Widji mulai mundur teratur. Akas yg semula memakai MB OH 1113 Tugas Anda akhirnnya menyisakan dengan Hino AK Laksana eks Patas Surabaya -Probolinggo.

Seiring dengan “kebangkrutan” Mandala maka Patas Surabaya – Madiun berganti menjadi pemain-pemain baru semua. Ada Puspa Indah, Ladju dan Mandala tetapi telah berganti pemilik (milik Pak Wito orang Malang / Boss Sumber Lumayan) serta Cendana dan Jaya.

Akhirnya, Kalisari dan Indrapura tinggal menjadi siluman yang kadang-kadang muncul di hari-hari lebaran, tetapi lebih sering lenyapnya di hari-hari biasa.

Alhamdulillah semua bis Patas Surabaya – Madiun yg dibilang odong2 itu pernah saya naiki. He he he..

Sekedar catatan tambahan bahwa bis ATB yang melewati Surabaya – Madiun sudah ada jauh sebelum adanya Patas Surabaya – Madiun. Perintisnya adalah Eka Group yaitu PO Surya … Jurusan Surabaya – Ponorogo(Saya agak lupa, belakangan berganti nama dengan Ita). Setelah itu banyak PO mulai ikutan punya ATB antara lain Akas, Indrapura, Trigaya, SK dan tentunya Mira / Eka.

sumber kencono tetap sumber kencono!!



Nama bus Sumber Kencono tetap dipertahankan dan tidak pernah diganti menjadi Sumber Selamat. Adapun bus Sumber Selamat itu adalah armada terbaru berjumlah 50 unit yang dimiliki perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Raya Sepanjang-Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, itu.

Penegasan itu disampaikan karyawan bagian psikologi, Auksilya, yang mewakili manajemen, di kantornya, Selasa (13/9/2011).

Beredar kabar di masyarakat bahwa karena bus itu sering mengalami kecelakaan, lantas namanya diganti dari Sumber Kencono menjadi Sumber Selamat agar tidak sial terus. Apalagi masyarakat sudah memelesetkan Sumber Kencono menjadi Sumber Bencono (bencana).

Menurut Auksilya, Sumber Kencono sudah merupakan trade mark perusahaan bus yang melayani Surabaya-Wonogiri, Surabaya-Semarang, dan Surabaya-Yogyakarta itu.

Apakah tidak risih dengan pemelesetan menjadi Sumber Bencono? Auksilya menegaskan, pihaknya akan menyikapi pemelesetan yang kemudian berkembang menjadi stigma negatif itu dengan memperbaiki kinerja, tidak dengan serta-merta mengganti nama Sumber Kencono.

Misalnya dengan pemasangan jaringan GPS agar bisa memantau keberadaan dan kecepatan busnya. Diakui belum seluruh bus dipasang GPS, termasuk yang mengalami tabrakan dengan minibus di Jalan Bypass Mojokerto, Senin (12/9), yang menewaskan 20 orang.

Selain itu, juga dengan menambah pos kerja, yaitu psikologi, pemasangan SMS pengaduan 08155104883 dari masyarakat terhadap sopirnya yang ugal-ugalan dan ngebut.

Jumlah armada PO Sumber Kencono seluruhnya 230 unit dengan jumlah awak sekitar 1.000 orang, ditambah karyawan bagian mekanik dan administrasi 100 orang

Sabtu, 26 November 2011

kisah bersama sumber kencono w-7564-uy



Parkir di garis pertama adalah Sumber Kencono AC tarip biasa. Tanpa niat pilih-pilih bis, saya pun naik bis ini dan duduk manis di shaf kedua agar lebih afdhol, alias untuk mendapatkan keutamaan perjalanan. Alasan duduk di baris ini karena kursi baris pertama sudah ada "penduduk"-nya. Saya menoleh ke belakang. Jumlah penumpang sudah lumayan. Berita kecelakaan lalu lintas di Mojokerto yang melibatkan nama besar bis ini dengan sebuah Isuzu ELF beberapa waktu lalu rupanya tidak mengurangi daya tarik okupansinya.
Dan seperti hampir semua bis-bis Sumber Kencono, bis bernomor lambung W-7564-UY yang saya naiki ini langsung bermain tempo tinggi saat lepas landas dari terminal Purabaya pada bukul 1 kurang tiga menit. Gas digeber seolah sedang drag. Tetapi, cara seperti ini tidak lantas membuat saya berasumsi bahwa bis bakal ugal-ugalan di jalan raya.
Cara mengemudi sopir bis segera meyakinkan saya untuk memesan tiket sampai Kartasura. Bukannya coret samapai Jogja? Tidak, Kartasura saja. Saya berazam subuhan di sana.
Hino mesin depan dengan peredam yang baik membuat deru mesin di RPM tinggi pun tidak menimbulkan suara berisik di dalam kabin yang ber-AC. Lantunan musik kalem menipu sensasi penumpang kalau bis sejatinya sudah menjalankan gigi 6 sebelum mencapai pertigaan Medaeng.
Cara mengoper gigi/perseneling sopir ini terbilang aneh. Kopling hanya diinjak sedikit, barangkali setengah. Akibatnya, deru mesin masih mengaum ketika perseneling sudah berpindah. Bis tetap bisa melaju konstan dalam kecepatan tinggi. Bagaimana nasip kampas kopling? Entahlah, mungkin cara ini merupakan perilaku tidak sopan terhadap mesin, tapi toh mesin tidak mengeluh karena mesin tidak menulis diari. Maka, Sumber Kencono bermesin AK8 yang saya naiki benar-benar berasa bis dengan transmisi otomatis namun tetap memiliki akselerasi yang dahsyat.
"Prei kiri…"
"Totoooot !!"
Bunyi klakson bertubi-tubi.
"Kres!"
Tubuh penumpang tersorong ke depan.
Deru mesin turun seketika. Beberapa detik kemudian, asap knalpot menyembur kembali, putaran meninggi; intai kanan, intip kiri.
"Awas sepeda! Kanan ae.."
Sungguh jarang saya temukan kernet bis yang benar-benar berfungsi sebagai navigator selain pada Sumber Kencono. Tugas kernet di bis-bis reguler umumnya hanyalah sebagai teman ngobrol yang duduk di kursi kiri, meladeni sopir dari rasa bosan karena terus-terusan melihat aspal yang begitu-begitu saja. Selain itu, tugas kernat hanyalah sebagai tukang teriak mencari penumpang, pula sebagai tukang buka bagasi, juga sebagai tukang ganti ban jikalau pecah. Di sini, tugas seorang kernet berubah menjadi sebuah tugas yang butuh kecermatan dan kecepatan melihat peluang di depan, sejenis profesional muda lah. Saya menyaksikan tugas tersebut sebagai sebuah amanah yang sungguh vital. Kata lainnya, kernet adalah "sopir di sisi kiri".
Masuk bypass Krian, seorang penumpang naik. Saya bertanya di dalam hati, apakah penumpang ini tidak tahu-menahu perihal kecelakaan maut di Sidorejo beberapa waktu lalu? Belum sempat berpikir macam-macam, tiba-tiba saja bis sudah keluar dari jalan lingkar luar itu. Tiga puluh menit untuk jarak tempuh Surabaya-Krian.
Perolehan penumpang, dengan menilik tempat duduk, masih tetap bagus. Bis tidak sesak. Bahkan, lebih banyak penumpang yang naik daripada yang turun. Namun, bis tetap memburu, terus melaju, entah untuk target apa. Target waktu? Mungkin. Belum saya lihat ada kendaraan yang mendahuluinya kecuali pada saat hendak berhenti. Testimoni ini terbukti selepas stasiun Jombang, ketika pukul 2 lewat 4 menit, bis 7564 mendahului rekan seperjuangannya, Sumber Kencono 7663 yang entah berapa menit berangkat lebih awal dari Surabaya.
Gelap dan hitam pada aspal dan seluruh pemandangan membuat kehendak tidur tak dapat dilawan. Mata saya buka-tutup, seperti lampu sein, antara tidur dan jaga. Buka: terminal Nganjuk (saat itu saya masih sempat mengecek SMS yang masuk dan tahu persis jam menunjukkan pukul 2.43). Lalu, mata saya kembali mengatup saat bis lewat kota Caruban. Buka lagi: Madiun. Pejam lagi Geneng.
Buka lagi dan saya pun nanar di alas selepas Ngawi karena suatu hal, yakni auman mesin sementara ia berjalan tidak seberapa kencang. Rupanya, bis sedang bergoyang ke kanan dan ke kiri, melahap tikungan dan liukan jalan di antara pohon-pohon jati yang ranggas dan tinggi. Bis kami terjebak dalam konvoi kendaraan.
Pukul 4.28.
Subuh sudah lewat, tapi langit masih gulita sehingga lampu ekor kendaraan yang merah dan kuning sama-sama redup dan berdenyar dalam kegelapan. Kemudian, tampkalah MIRA Scorpion King. Agak sulit melampauinya. Namun, Sumber Kencono ini akhirnya lolos setelah bis cokelat ber-AC tersebut terperngkap dalam iring-iringan di belakang truk, sementara jalan sisi kanan lebih dulu dikapling moncong si SK.
Lepas dari MIRA, bis berada di belakang Gunung Harta. Mudah ditebak, hanya dengan beberapa kali memberikan isyarat lampu dim, mengancam pantulan spionnya dengan memainkan lampu dekat-lampu jauh secara cepat, Sumber Kencono menyalipnya dan menjauh, meninggalkan garis penalti sebelum polisi lalu lintas memergokinya karena mendahului kendaraan di garis putih panjang.
"Itu masjid, Pak?" tanya saya kepada kondektur ketika bis berhenti di lampu merah Pilangsari, Ngrampal, Sragen.
"Iya. Masjid itu."
"Saya turun di sini saja."
Kondektur membukakan pintu dengan tetap tidak menjejakkan kaki ke tanah. Saya turun dan bergeges menuju masjid, bis bergerak meninggalkan deru seiring lampu APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas) atau traffic light telah berubah ke warna hijau.
Selesai shalat subuh. Hati menjadi lapang. Wajah terasa berseri-seri saat memandang ufuk timur, melihat langit yang mulai merekah. Tak jauh dari jalan raya, saya menemukan sebuah warung kecil yang menjual kopi. Setelah memesan dan menyeruputnya, cahaya mata pun semakin cerah. Dengan jelas saya melihat sebuah bis MIRA melintas, diuntit MILA Sejahtera Banyuwangi-Jogja, terpaut hanya beberapa meter dibelakangnya. Barangkali kedua bis ini sama-sama menghindari lampu lalu lintas yang akan segera berubah ke warna merah.
Tiba-tiba, terbayang kematian berkelebat begitu saya melihat perempatan jalan itu mulai ramai dan lalu lintas mulai padat. Sepeda motor, gerobak, becak, pejalan kaki, semuanya kelihatan tergesa-gesa. Sungguh, kiranya kecelakaan lalu lintas bukan saja disebabkan oleh pelanggaran semata, melainkan juga oleh sikap tak mau mengalah dan hilangnya rasa sabar.
Saya kembali ke tepi jalan, melupakan fantasi barusan dan segera bersiap untuk menghentikan bis yang akan segera membawa saya ke Jogja, melanjutkan perjalanan.

sejarah EKA-MIRA



PO Eka / Mira sejarahnya berawal dari PO Flores yg mulai beroperasi di sekitar tahun 70 an (tahun pastinya saya agak lupa)

PO ini seangkatan dengan PO Surya Jaya, Rukun Makmur, Agung Express dll.

Pada saat awal operasi PO Flores, chassis bis di Jatim didominasi oleh MB LP 911 dan Mitsubishi T653 (kedua-duanya ber-overhang depan pendek karena berbasis chassis truk). Flores lebih memilih Mits ketimbang MB.

Era MB 911 dan Mits T653 ini adalah era pengganti bis ber-overhang depan panjang seperti Ford type D, Hino BT dan Leyland yg banyak digemari di akhir tahun 60 an- awal tahun 70 an.

Secara dratis Flores mengalami perkembangan. Trayek andalannya adalah Surabaya – Solo (mayoritas) dan sebagian kecil Surabaya – Ponorogo.

PO Flores memiliki ciri warna hijau waktu itu. PO memiliki image di maysarakat sebagai bis banter dan cenderung ugal-ugalan.

Beberapa kecelakaan fatal pernah dialami PO ini namun tidak mempengaruhi perilaku rata-rata sopir Flores yg tetap suka ngeblong dan membuat kendaraan yg disalip atau yg dari arah berlawanan jadi jantungan.

Sungguhpun begitu sebenarnya PO Flores tidak semuanya ngeblong karena sampai menjelang tahun 80 an Flores masih tua berchassis Ford serie D. Selain itu ada juga yg berchassis Hino BX EH 100 yg agak lemot.

Ketika Hino mengeluarkan BX serie EH 700 Flores sempat mengoperasikan bis bumel yg mewah. Kalo tidak salah ada 4 unit. Bis ini bumel tapi seat 2 – 2 dan jalannya nge-joss.Pada saat itu Mitsubishi juga sudah mulai mengeluarkan type baru penyempurnaan type T653 yaitu Mitsubishi FM.

Yang unik, Hino ganti mengeluarkan bis overhang pendek (sekarang ini seukuran OF 8000). Type itu sekarang mungkin yg dikembangkan jadi type Hino FB. Flores-pun punya banyak sekali armada jenis ini.

Memasuki tahun 80 an Mitsubishi dengan cemerlang mengeluarkan chassis pertamanya yg ber-overhang depan panjang yaitu Mits BM. Flores pun meremajakan armadanya dengan bis type ini disamping tetap menambah dengan Hino BX dan beberapa MB OF.

Di saat mulai memakai Mits BM inilah tragedi besar terjadi. Kecelakaan bis Flores tertabrak kereta api membuat Flores berhenti operasi.

Waktu itu Flores Mits BM berbody Morodadi (Tan A King) yg dikemudikan oleh Marwan yg sedang membawa rombongan anak sekolah SMP dari Jombang tertabrak kereta api di daerah Solo.

Masyarakat marah dan memprotes keras kepada PO Flores dengan cara mencegat dan merusak PO Flores, sehingga akhirnya PO in terpaksa harus menyetop operasi.

Beberapa bulan kemudian Flores muncul dengan nama baru. Yaitu Eka untuk armada yang berchassis Mits, Mira untuk armada yg berchassis Hino dan Victory untuk yg berchassis MB.

Akhirnya, Victory tidak jadi dipakai dan berganti dengan Ita untuk melayani trayek surabaya – ponorogo. Sementara Eka dan Mira untuk Surabaya – Solo.

Sejak itu warna Hijau ditinggalkan dan berganti jadi putih krem dan cokat. Sudangkan untuk Mira ditambah garis biru tua.

Memasuki era 85 an pembagian Eka dan Mira berdasarkan chassis sudah tidak diberlakukan lagi. Sebagian armada Mira Hino lama diganti Mitsubishi BM dan bahkan PO ini meluncurkan gebrakan dengan munculnya bis ATB pertama dengan nama Surya Agung berchassis Mits BM ber AC gantung untuk jurusan Surabaya – Ponorogo. Beberapa tahun kemudian disusul dengan armada Hino RK kompor ATB dan Nissan CB berbendera Eka untuk Surabaya – Solo – Yogya disusul juga Mira berbasis Hino AK untuk surabaya Solo.

Memang setelah sukses kembali dengan nama-nama baru, Eka dan Mira sempat jatuh ke pelukan Nissan tepat pada saat bossnya memutuskan untuk menjadi dealer Nissan untuk daerah Mojokerto dan sekitarnya. Ketika itu Eka sedang mengawali merinstis Patas Surabaya – Yogya dengan Hino AK AC gantung body New Armada bersaing dengan Patas Hino AK New Armadanya Sumber Kencono. Alhasil Ekapun secara bertahap mengganti armada Patas Hinonya dengan Nissan RB dan armada bumelnya dengan Nissan CB.
Sumber Kencono tidal mau ketinggalan dengan Mits RM nya.

Tapi tampaknya persaingan kelas Patas dimenangkan oleh Eka hingga akhirnya SK mundur teratur dari kelas ini dan tinggal fokus ke bumel.

Cukup lama Eka / Mira bermesraan dengan Nissan hingga entah mengapa akhirnya belakangan ini berpaling lagi ke Hino.

Sekarang ini Mira hanya dikonsentrasikan ke bumel sedangkan Eka dikonsentrasikan ke Patas, adapun Ita yg untuk trayek pendek sudah tidak dioperasikan lagi.

Perjalan panjang Flores yg ber-metamorfosa ke Eka / Mira patut diacungi jempol. Sebuah upaya mempertahankan bisnis yg penuh dinamika dan tantangan.

Hasilnya Eka dan Mira tetap menjadi PO yg bisa dibanggakan masyarakat Jatim

Sekian dan Salam.

Jumat, 23 September 2011

Putra berdikari


Alamat             : Dsn Jetis kec.Mancilan kab Jombang
Jumlah armada : 26 bus besar(seluruhnya untuk melayani wisata)